Hikmah dibalik Sorabi dengan si Embah
Pagi
hari adalah suasa yang paling segar di Kota Bandung. Sekitar pekan kedua
setelah saya berada di Kota Kembang ini saya dengan sengaja mampir dengan salah
satu pedagang di dekat kost-an saya yang sangat cocok untuk digunakan sarapan
pagi. Pedagang tersebut masih jeg – jeg, kuat dan memiliki semangat yang luar
biasa, padahal yang saya lihat usianya sudah senja lagi, ini merupakan luar
biasa Masyaa Allah…,
Biasanya
orang sekitar memanggil beliau dengan sebutan embah. Dan kedepannya saya
seringkali membeli sorabi kepada si embah ini, disamping lokasinya cukup dekat
dengan kostan ditambah lagi sorabi yang di buatnya memiliki rasa yang enak dan
wangi yang khas, selain itu untuk harganya pun cukup terjangkau dan bervarian,
dari mulai Rp 1000 yang biasa hingga harga yang 5000 pakai telor+oncom. Kalau
untuk keseharian saya biasanya membeli dengan harga seribuan yang pakai oncom
ditambah dengan gorengan yang limaratusan Rp 500, murah bukan? Untuk seperti
halnya saya yang berada di kostan kiranya hal ini sangatlah membantu untuk
memenuhi kebutuhan perut dipagi hari. Hhe…,
Dengan
keramahan dan kedekatan dari setiap para pembeli dari masyarakat sekitar, hal
ini memberikan banyak pembelinya, hal ini sering kali saya temukan ketika
setiap kali saya mau membelinya juga. Padahal jika diperhatikan hal ini
sangatlah sederhana, namun saya kira ini sangatlah luar biasa. Setiap kali ada
yang beli ia tidak menghitung dengan sengaja terhadap uang yang diterima,
sehingga ia hal ini lebih mengutamakan kejujuran terhadap si pembelinya. Masyaa
Allah…,
Ada
sebuah kalimat yang luar biasa yang pernah beliau katakan dalam dialong bersama
oranglain redaksinya kurang lebih seperti ini
“Nya ai neangan duit gawe mah mending nyieun usaha sorangan, teu kudu dikantoran. Dikantoran kitumah gaji ngan saukur dibere per bulan, urang kudu sagala nurut, kudu kieu, kudu kituna sagala diatur, teu bebas.”
Artinya :
“Ya kalau sekedar nyari uang si lebih baik membuat uasaha sendiri, ga usah kerja dikantoran. Dikantoran gitu kita biasa digaji setiap bulan, kita harus segala ngikut, harus ini harus itu, semuanya harus diatur atur, jadi ga bebas”.
Jujur pada saat itu saya yang ada disana
merasa aware terhadap situasi yang dirasakan saat itu, bahwa memang benar
adanya ketika kita kerja dengan orang lain maka kita harus selalu siap terhadap
apa – apa yang pimpinan tersebut perintahkan. Dalam suatu waktu saya pernah
membaca sebuah caption Instagram bahwasannya memang benar “Ketika kita bekerja
pada perusahaan atau dalam hal ini kita bekerja dengan orang lain, maka itu
sama saja kita sedang mensukseskan usaha orang lain, maka orang lainlah yang
sukses. Namun ketahuilah apabila kita membuka dan mengembangkan usaha sendiri
itu berarti kita sedang berjuang untuk mensukseskan usaha kita sendiri dan
kitalah yang akan lebih sukses”. Kiranya caption tersebut saya akui adalah
benar. Sehingga memang untuk mewujudkan usaha atau perusahaan adalah impian
saya. Hal itu saya akui memang tidaklah mudah, sehingga saat ini saya terus
mencoba dan belajar dari oranglain untuk bisa mewujudkan semua itu. Karena
seorang pimpinan harus mengetahui seluruh komposisi didalamnya termasuk dalam
hal kepegawaian seorang karyawan biasa dan semua bermula dari hal yang
sederhana, hal itu ditujukan agar kita lebih memahami berbagai sudut pandang
terhadap usaha yang akan kita kembangkan.
Terimakasih
mbah, atas semangat, percaya diri serta kegigihan yang sudah ditularkan dalam
memaknai pekerjaan yang dikerjakan. Karena memang untuk menjadi seorang
karyawan saja tidaklah cukup dan tidaklah menjamin agar bisa menjadikan diri
kita untuk lebih berkarya dan menciptakan peluang yang lebih luas.
Komentar
Posting Komentar