Sharing With Seorang Supir Travel
Saya
memiliki seorang teman panggil saja namanya adalah Kang Uci. Saya kenal beliau
ketika saya pulang dari Bandung menuju Kuningan. Terdapat suatu petikan menarik
yang saya dapat dari perbincangan dan sharing bersama beliau selama
diperjalanan. Lumayan lama untuk segera sampai ke tempat tujuan, namun terasa
bermakna ketika saya dapat menikmatinya.
Jujur,
saya sangat respect terhadap orang yang memiliki kredibilitas dalam menjalani
hidup disertai memiliki jiwa karakter semangat yang tinggi. Dia adalah seorang
supir travel seperti biasa pada umumnya, positifnya dia memiliki jiwa yang
tegar dan menghargai terhadap sesama. Saya ditanya sedang apa di Bandung,
apakah kuliah atau kerja. Saat itu saya menjawabnya disini saya sedang mencoba
untuk mencari pengalaman saja. Sekilas saya kira tak ada yang keliru dengan
jawaban saya, namun berbeda pandangan menurutnya, karena menurutnya apapun yang
sedang kita jalani sudah seharusnya kita upayakan untuk menseriusi’nya, ntah
itu dalam hal pekerjaan atau apapun itu, jadi taka da yang namanya coba – coba.
Sebab, ketika diawal kita beranggapan untuk mencoba – coba itu seolah – oleh
kedepannya kita tidak serius dan gak akan serius untuk memperdalaminya.
Kemudian saya hanya tersenyum sambil memaknai ucapan tersebut.
Saya
kira pernyataan tersebut ada baiknya dan semakin membuka wawasan saya, bahwa
sebelum kita mengambil kesempatan yang datang kepada kita, maka tidak ada
salahnya untuk mencoba, terlepas dari itu ketika kita sedang menjalaninya
bentuk rasa coba tadi perlu kita ubah mindsetnya untuk bisa menseriusi’nya,
karena ada benarnya pada saat saya ditanya waktu itu memang kondisinya saya
sedang dalam kondisi tersebut, jadi saya harus menseriusi terhadap bidang yang
saya kerjakan.
Sekilas
menceritakan tentang kehidupannya, beberapa tahun lalu ia baru ditinggal oleh
ayah tercintanya. Kejadian ini membuat kondisi keluarganya menjadi tak stabil.
Ia merupakan anak pertama yang memiliki adik – adik yang masih sekolah yang
sekarang tinggal bersama ibundanya. Sehingga ia harus lebih ekstra berjuang
demi keluarganya. Begitu banyak rintangan yang harus mereka hadapi setelah
meninggalnya ayah mereka, tak jarang ada orang yang menyemprot dengan kata –
kata tak mengenakan hati, semakin hari semakin krisis ekonomi, dari mulai
kebutuhan hidup sampai kebutuhan sekolah adik – adiknya. Saya salut terhadap ia
dan keluarganya yang begitu tegar dalam menjalani hidup. Hingga akhirnya ia
rela bekerja dari satu pekerjaan dari pekerjaan lainnya, ia pernah menjadi
supir angkot, bekerja di permontiran, dan sebagainya, kemudian hingga saat ini
ia menjadi supir disalah satu travel. Masyaa Allah.,
Petikan
hikmah tidaklah jauh kita temukan dilingkungan sekitar, orangtua, teman, bahkan
orang yang baru kenal sekalipun. Terkadang hal inilah yang membuat diri kita menjadi
lebih kuat, tak sepantasnya kita mudah berkata ini tak adil kepada Allah, tapi
syukurilah terhadap apa yang kita miliki, jalanilah dengan serius, karena
dengan keseriusan yang kita gunakan maka akan mengundang banyak ilmu yang lebih
bermakna. Tabarakallah Masyaa Allah…,
Komentar
Posting Komentar